aku rindu masa kecil ku
Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah
lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan. Dahulu
swaktu kecil, satu-satu nya hal yang aku inginkan adalah menjadi orang dewasa. Dalam bayanganku, orang dewasa itu bebas.
Tidak terkekang. Sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.
Tidak dipaksa-paksa untuk makan, tidur, dan belajar. Tidak dilarang kesana-kesini. Bebas.
Tapi, sekarang aku sadar. Aku bodoh jika berharap dulu ingin menjadi cepat dewasa.
Semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapan masa kecil ku.
Aku memang bebas kesana-sini. Menjumpai orang-orang baru, dan sifat-sifat baru.
Aku bisa menentukan jalan hidupku, dan juga tersesat di dalam pencarian jalan keluar.
Tidak dipaksa-paksa untuk makan, tidur, dan belajar. Tidak dilarang kesana-kesini. Bebas.
Tapi, sekarang aku sadar. Aku bodoh jika berharap dulu ingin menjadi cepat dewasa.
Semua yang terjadi tidak sesuai dengan harapan masa kecil ku.
Aku memang bebas kesana-sini. Menjumpai orang-orang baru, dan sifat-sifat baru.
Aku bisa menentukan jalan hidupku, dan juga tersesat di dalam pencarian jalan keluar.
Aku rindu bermain
kelereng, rindu merasakan kebanggaan atas keberhasilan membondong puluhan butir
kelereng dalam saku kolor di kanan-kiri. Betapa saat itu, perasaan bangga yang
bisa jadi tak kan rela untuk dibayar berapapun. Karena itulah kemenangan, membondong
puluhan butir kelereng dari teman. Karena apa? Karena untuk mendapatka
kemenangan itu tidaklah mudah, meskipun hanya permainan kelereng. Namun hal itu
perlu adanya strategi, ketelitian, semangat, hingga penempatan sasaran juga
harus berbanding lurus dengan titik tolak yang kita incar. Karena jika salah
satu dari syarat itu tidak terpenuhi, jelas kesempatan untuk menang lebih kecil.
Sumpah kangen masa masa itu. Tear... :( ya saat itu aku masi kelas sd dimana kami
meskipun wanita bisa memainkan kelereng, bahkan kami lebih bisa dan jago
memainkannya. Gays..where are you? do you remember that?
Masa kecil memanglah momen yang paling menyenangkan. Kata
orang, pada masa-masa inilah problema hidup terberat kita hanya soal
matematika. Selain itu, yang kita lakukan adalah bermain, tertawa, dan lari
berkejaran. Kehidupan sosial kita terhadap kawan-kawan sebaya juga begitu
tinggi dan akrab. Terlebih, gadget atau telepon seluler belum sepopuler
masa-masa sekarang. Ingat-ingat lagi, deh! Apa yang akan kamu
lakukan setelah jam sekolah usai? Buru-buru pulang, ganti baju, lalu makan
siang dengan masakan bikinan ibu. Terus? Belajar? Yakin langsung belajar? Pasti
banyak di antara kamu memilih untuk cepat-cepat keluar rumah dan bermain dengan
anak-anak satu tetangga dikampung halaman. Permainan yang begitu lekat dalam
ingatan adalah lompat tali, main ular naga, dan petak umpet dll. Bisa juga kamu
mampir ke rumah teman dan bermain-main boneka atau mobil-mobilan kepunyaan
sahabat terbaikmu. Kelak, kamu tak akan pernah mau menggantikan momen spesial
ini lagi dengan apapun. Sebab mereka yang kini telah sibuk berkawan dengan
gadget, akan lebih senang menghabiskan waktu sendirian. Waktu berjam-jam
dipenuhi dengan ketukan-ketukan tangan pada layar yang bercahaya. Orang tua
yang sibuk dan lelah di malam hari, bisa jadi lebih memilih memantau atau
kepoin anak-anaknya dari status media sosial. Mereka bisa saja menanyakan
secara langsung, tapi mungkin juga anak masa kini yang memilih membatasi diri.
Ketika waktu terakhirmu terlihat
di chat ponsel
adalah semenit yang lalu, apakah waktu terakhir kamu membuka dan membaca buku
juga semenit yang lalu? Atau bahkan setahun lalu lamanya kamu tampak membaca
buku?
Sedari kecil, orangtua, bapak, dan ibu guru menekankan agar
selalu rajin membaca buku. Lewat membaca buku, ilmu kita bertambah selalu. Kita
tak akan menjadi seekor katak dalam tempurung kalau buku selalu mengisi
hari-hari kita. Apa yang ada di belahan dunia bumi ini dapat kita ketahui hanya
lewat kumpulan lembaran-lembaran kertas tersebut. Oleh karenanya, masa kecil
kita begitu senang apabila dibawa ke perpustakaan. Banyak buku-buku bagus dan
bermanfaat saat kita berkunjung ke sana. Terkadang perlu berebut juga dengan
kawan lain saat meminjam buku.
Jangan pernah tanya di mana Google atau Whatsapp, Line, dan
sebagainya berada. Masa kecil kita tak sedikit pun manja dan sering-sering
bertanya pada Google atau deretan teman dalam kontak chat kita. Kita
benar-benar mandiri dan tangguh dalam memecahkan masalah. Terutama soal-soal
pekerjaan rumah dari bapak dan ibu guru. Kita juga punya kebebasan bermain dan
belajar sepenuhnya karena tak pernah ada bunyi notifikasi-notifikasi dari
ponsel beroperasi Android! Sungguh tenteramnya pikiran kita!
singkatnya....
Hai masa
kecilku, aku merindukanmu.
Aku rindu disaat aku hanya peduli pada mainan yang aku mainkan,
tanpa harus peduli, siapa yang memberinya? dimana ia membeli? bagaimana ia membelinya? darimana ia dapatkan uang untuk membelinya? dan bersama siapa ia membelinya?
Aku rindu disaat aku memakan makanan favoritku,
tanpa harus berpikir, dari apa makanan itu dibuat? bagaimana cara pembuatannya? apakah susah atau tidak membuatnya? siapa yang membuatnya? dan bagaimana nilai gizi yang terkandung didalamnya?
Aku rindu disaat aku berjalan-jalan dengan orang tuaku,
tanpa harus bertanya-tanya di dalam hati, apakah mereka senang membawaku jalan-jalan? apakah senyum yang mereka tunjukkan benar-benar tulus dari dalam hatinya? apakah mereka tidak punya masalah dengan kerjaannya?
Aku rindu masa kecilku.
Aku rindu disaat aku tidak harus peduli, tidak harus tau, tidak harus berpikir, tidak harus menduga, dan tidak harus menganalisa.
Aku rindu :')
Aku rindu disaat aku hanya peduli pada mainan yang aku mainkan,
tanpa harus peduli, siapa yang memberinya? dimana ia membeli? bagaimana ia membelinya? darimana ia dapatkan uang untuk membelinya? dan bersama siapa ia membelinya?
Aku rindu disaat aku memakan makanan favoritku,
tanpa harus berpikir, dari apa makanan itu dibuat? bagaimana cara pembuatannya? apakah susah atau tidak membuatnya? siapa yang membuatnya? dan bagaimana nilai gizi yang terkandung didalamnya?
Aku rindu disaat aku berjalan-jalan dengan orang tuaku,
tanpa harus bertanya-tanya di dalam hati, apakah mereka senang membawaku jalan-jalan? apakah senyum yang mereka tunjukkan benar-benar tulus dari dalam hatinya? apakah mereka tidak punya masalah dengan kerjaannya?
Aku rindu masa kecilku.
Aku rindu disaat aku tidak harus peduli, tidak harus tau, tidak harus berpikir, tidak harus menduga, dan tidak harus menganalisa.
Aku rindu :')







setuju, aku pun sangat merindukan masa kecilku. salam generasi 90 :')
BalasHapushei , isinya blog nya menarik sesuai apa yang saya pikirin juga. anak generasi 90 juga ya ? pertanyaannya.
BalasHapuskenapa hal hal yang ada dimasa kecil kita gada yang berubah, tapi lingkungan sekitar ikut berubah ?
semuanya kembali sm diri kita, semuanya berubah karna kita manusianya, klo boleh dikata sebenarnya kita masi pengen ngulang pengen kayak dulu, tapi mungkin mereka nganggepnya jaman sudah berubah lingkungan sudah berubah, semuanya mainan lebih cannggih dg menggunakan smartphone tanpa harus capek capek main ke sawah atau ke hutan dsbg. tp aku pribadi tetep rindu masa kecilku hikss....
HapusYa,allah jadi netes ari mata
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus