KONSEP MOTIVASI DAN PENERAPANNYA




PRILAKU ORGANISASI
KONSEP KONSEP MOTIVASI DASAR DAN PENERAPAN


logoUPNVyk.png


Dosen Pengampu : Hery Sutanto

           Kelompok 5 :
Nike Kusuma Dewi           (141130252)
Desmawati                         (141130263)
Ferdinan Tarihoran         (141130273)
Anna Rufika                     (141130279)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS JURUSAN MENEJEMEN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2016
KONSEP KONSEP MOTIVASI DASAR DAN PENERAPAN

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Definisi Motivasi
            Motivasi (motivation) memiliki definisi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dari motivasi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Arah berhubungan dengan pengaitan upaya kepada arah dan tujuan yang menguntungkan organisasi, dan mempertimbangkan kualitas serta intensitas upaya secara bersamaan. Ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa mempertahankan usahanya.
            Konsep motivasi telah berusaha dikembangkan oleh banyak orang, dan beberapa teori yang paling terkenal mengenai motivasi antara lain teori hierarki kebutuhan, teori X dan teori Y, teori dua faktor, teori kebutuhan Mc Clelland, teori evaluasi kognitif, teori penentuan tujuan, teori MBO, teori efektivitas diri, teori penguatan, teori keadilan, dan teori harapan. Akan tetapi dalam kenyataannya perlu adanya penerapan konsep-konsep ini ke dalam aplikasi praktis.
Elemen Kunci Motivasi
            Berkaitan dengan definisi motivasi yang telah disebutkan di atas, berikut adalah elemen kunci dalam motivasi :
·        Intensitas (intensity)
Fokus kepada seberapa besar atau karena usaha seseorang untuk mencoba mencapai sesuatu dalam hidupnya.
·        Arahan (direction)
Usaha yang sudah ada dan sudah dilakukan, diarahkan ke suatu tujuan, misalnya tujuan organisasi
·        Kegigihan (persistence)
Elemen ini, fokus kepada seberapa lama seseorang dapat mempertahankan upaya atau usahanya.

Teori awal tentang motivasi
   Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori penetapan sasaran.

·    Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
•   Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
•   Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
     •   Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
     •   Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
     •   Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

·    Teori Motivasi  Herzberg  (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).  
a. Maintenance Factors
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

·     Teori Motivasi  Vroom (1964)
            Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

o   Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
o   Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
o   Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

·    Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961)
            Teori motivasi ini disebut juga sebagai teori kebutuhan. Mc Clelland (1961) menyatakan ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
o   Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
o   Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan social need-nya Maslow)
o   Need for Power (dorongan untuk mengatur)

·   Teori Motivasi Clayton Alderfer (teori ERG)
                Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 
           ·   Teori Motivasi Clayton Alderfer (teori ERG)
                Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).  Di dalam organisasi, kebutuhan ini mencakup upah, situasi kerja, jaminan sosial, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan keterkaitan dengan orang lain meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan hubungan antar pribadi. Sedangkan kebutuhan akan perkembangan diri meliputi kebutuhan akan pengembangan potensi seorang individu.
·    Teori Keadilan (equity theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak tergantung dari apakah dia merasa adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Teori ini menekankan bahwa faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang diterima. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang setara, sekantor, maupun di tempat lain. Elemen teori ini meliputi input, outcome, dan comparison person.
Input adalah segala sesuatu yang berharga, yang dirasakan oleh seseorang sebagai sumbangan terhadap suatu pekerjaan, misalnya pendidikan, pengalaman, keterampilan, keahlian, dan jumlah jam kerja. Outcome mengandung pengertian sebagai segala sesuatu yang dirasakan oleh seseorang sebagai hasil dari pekerjaannya, bisa berupa gaji, upah, simbol status, dan kesempatan untuk berprestasi atau aktualisasi dri. Sedangkan comparison person menjelaskan dengan siapa seseorang membandingkan antara input yang diberikan dengan outcome yang diperolehnya.
·      Teori Penguatan (reinforcement theory)
Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan berperilaku dengan memperhatikan akibat-akibat dari perilakunya tersebut. Sehingga apabila kita menginginkan seseorang berperilaku yang baik maka kita harus memberikan konsekuensi yang baik pula misalkan memberikan upah dan imbalan. Begitu pula sebaliknya, agar seseorang tidak melakukan perilaku yang buruk maka kita harus memberikan konsekuensi yang buruk pula terhadap perilaku buruk tersebut apabila dilakukan, misalnya dengan memberikan hukuman.

·       Teori Pengharapan (expectancy theory)
Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang akan berperilaku tertentu karena ia mengharapkan sesuatu yang dianggap berharga yang akan dihasilkan dari perilakunya tersebut. Teori ini memiliki tiga elemen dasar yaitu harapan, instrumentalitas, dan valensi. Harapan mengacu pada persepsi individu bahwa usaha akan menghasilkan kinerja. Instrumentalitas mengacu pada persepsi individu bahwa kinerja bisa menghasilkan hal positif seperti kenaikan gaji atau hal negatif seperti kelelahan fisik. Sedangkan valensi mengacu pada nilai individu yang melekat pada reward yang diterima seseorang.
Secara sederhana, tiga elemen dasar teori pengharapan bisa diringkas sebagai berikut : apabila pekerjaan berusaha, maka mereka bisa berkinerja (harapan), apabila berkinerja mereka akan mendapatkan hasil/imbalan (instrumentalitas), dan apabila mereka mendapatkan imbalan tersebut merupakan sesuatu yang dianggap berharga oleh si pekerja (valensi).




Manajemen Berdasarkan sasaran (Management by Objective/MBO)
MBO sejalan dengan nama-nama lain seperti : Management By Result (MBR), Goals Management, Work Planning and Review, Goals and Controls, Joint Target Setting, dan sebagainya. MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal atau yang tidak formal, yang dimulai dengan :
Penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan tersebut. Gagasan dasar MBO adalah bahwa, MBO merupakan prosespartisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Tujuan utama penerapan MBO adalah untuk mencapai efisiensi operasi seluruh organisasi melalui operasi yang efisien dan integrasi setiap bagian yang ada. MBO juga membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan, dalam pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan  dan pengawasan.
Keberhasilan penerapan MBO didasarkan pada 2 (dua) hipotesis,
1.        Jika seseorang melekat secara kuat pada suatu tujuan, dia akan bersedia mengeluarkan usaha lebih untuk meraihnya dibanding jika seseorang tidak terikat,
2.        Bilamana saja seseorang memperkirakan sesuatu akan terjadi, dia akan melakukan apa saja untuk membuatnya terjadi.
Selain kedua hipotesis di atas, keberhasilan penerapan MBO juga didasari pada teori-teori motivasi, seperti : kebutuhan aktualisasi diri dari Maslow, teori Y McGroger, faktor-faktor motivasi Herzberg, dan kebutuhan berprestasi dari McCelland. Konsep lain yang juga turut mendasari MBO adalah bahwa orang lebih menyukai dinilai menurut keriteria realistik yang diterimanya dan standar yang dipandangnya dapat dicapai.

-       Kekuatan dan Kelemahan MBO
Kekuatan-kekuatannya :
1.        Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari padanya,
2.        Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan tujuan dan sasaran,
3.        Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan,
4.        Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi,
5.        Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu yang juga memungkinkan para bawahan mengetahui kualitas pekerjaannya dalam hubungan dengan tujuan organisasi.

Kelemahan-kelemahannya
Ada 2 (dua) katagori kelemahan-kelemahan yang khas pada program MBO formal yaitu ;
          a.  Kelemahan  yang  melekat  (inheren)  pada  proses  MBO,  mencakup,
               konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar
               untuk menggunakan teknik-teknik MBO, dan umumnya meningkatkan
               banyaknya kertas kerja,
          b.  Kelemahan-kelemahan itu  harusnya  tidak ada, tetapi  selalu ditemui
               dalam pengembangan dan implementasi program-program MBO, dan
Agar MBO berhasil dengan baik maka harus dikendalikan beberapa ma-
 salah sebagai berikut ;
1.    Gaya dan dukungan manajemen,
2.    Penyesuaian dan perubahan MBO,
3.    Keterampilan-keterampilan antar pribadi,
4.    Deskripsi jabatan,
5.    Penetapan dan pengkoordinasian tujuan,
6.    Pengawasan metode pencapaian tujuan,
7.    Konflik antara kreativitas dan MBO.
-  Unsur-unsur yang perlu diperhatikan untuk efektifitas MBO,
1.    Melatih dan melatih manajer,
2.    Merumuskan tujuan secara jelas,
3.    Menunjukkan komitmen manajemen puncak secara kontinyu,
4.    Membuat umpan balik efektif, dan
                        5.    Mendorong partisipasi.
MBO merupakan suatu program yang mencakup tujuan-tujuan yang khas yang ditentukan secara partisipatif untuk suatu kurun waktu yang eksplisit dengan umpan balik mengenai kemajuan-kemajuan tujuan. Peter Drucker mengemukakan bahwa MBO merupakan cara untuk menggunakan tujuan-tujuan untuk memotivasi orang-orang dan bukan untuk mengawasinya.Dengan demikian tekanan MBO adalah pada pengubahan sasaran organisasional dan anggota-anggota individual.
Ada 4 (empat) unsur umum pada program MBO yaitu ;
  1. Kespesifikasian tujuan,
  2. Pengambilan keputusan partisipatif,
  3. Suatu kurun waktu yang eksplisit, dan
  4.  Umpan balik kinerja.
-    Kaitan MBO dan Teori Penentuan Tujuan
Teori penentuan tujuan menunjukkanbahwa tujuan yang sukar yang spesifik menghasilkan kinerja yang lebih tinggi, dari pada tujuan yang mudah atau tujuan yang bersifat umum.
MBO membela langsung tujuan spesifik dan umpan balik, dan satu-satunya hal yang tidak sesuai antara Teori Penentuan Tujuan dan MBO berkaitan dengna isyu partisipasi yaitu :
MBO dengan kuat membela isyu partisipasi, sedangkan Teori Penentuan Tujuan menunjukkan bahwa penugasan tujuan-tujuan kepada bawahan selalu sama hasilnya. Karena manfaat utama penggunaan partisipasi kelihatannya adalah mengimbas individu-individu untuk menetapkan tujuan yang lebih sukar.
Dalam praktek sebenarnya MBO memberikan kapada manajer sarana untuk melaksanakan teori penentuan tujuan.

Program Pelibatan Karyawan
1.    Definisi Pelibatan Karyawan
Pelibatan Karyawan adalah suatu proses partisipasi yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi kesuksesan organisasi.
Dengan melibatkan para pekerja dalam keputusan–keputusan yang mengenai mereka dan dengan menignkatkan otonomi dan kendali mereka mengenai kehidupan kerja mereka, para karyawan akan menjadi lebih termotivasi, lebih berkomitmen terhadap organisasi, lebih produktif, dan lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka.
Empat Ragam Perlibatan Karyawan :
A.  Manajemen partisipasi
Manajemen partisipasi adalah penggunaan pengambilan keputusan gabungan yang artinya suatu proses dimana bawahan berbagi kekuasaan pengambilan keputusan sampai suatu derajat yang bermakna bersama atasan langsungnya.
Manajemen menginginkan berbagi kekuasaan pengambilan keputusan dengan bawahan karena dengan makin rumitnya pekerjaan manajer, sering manajer tidak tahu semua yang dilakukan oleh karyawan mereka dengan partisipasi memungkinkan mereka yang mengetahui paling banyak untuk menyumbang, dan hasilnya dapat merupakan keputusan yang lebih baik.
Kesalingtergantungan dalam tugas-tugas yang sering dilakukan karyawan juga menuntut konsultasi dengan orang-orang dalam department lain dan satuan-satuan kerja. Ini akan meningkatkan komitmen terhadap keputusan secara gabungan.
Selain itu partisipasi meningkatkan komitmen terhadap keputusan. Orang akan lebih kecil kemungkinan untuk meremehkan suatu keputusan pada saat pelaksanaanya, jika mereka telah ikut serta dalam mengambil keputusan tersebut. Akhirnya partisipasi memberikan ganjaran instrinsik untuk karyawan. Partisipasi dapat membuat pekerjaan mereka lebih menarik dan bermakna.
Pekerja-pekerja berpartisipasi dalam pengambilan keputusan organisasi lewat bentuk suatu kelompok kecil dari karyawan wakil. Tujuan partisipasi representatif adalah untuk membagikan ulang kekuasaan dalam suatu organisasi, dengan menempatkan buruh pada kedudukan yang lebih sejajar dengan kepentingan-kepentingan manajemen pemegang saham.
Dua ragam dari partisiapsi representatif adalah dewan kerja dan wakil-wakil dewan. Dewan Kerja (work council)  adalah kelompok-kelompok karyawan yang didominasi atau dipilih yang harus dikonsultasi bila manajemen mengambil keputusan yang melibatkan karyawan. Wakil-wakil dewan (board representatives) adalah suatu ragam partisipasi representatif, karyawan-karyawan deduk dalam dewan direktur perusahaan dan mewakili kepentingan para karyawan perusahaan.

C.  Lingkaran Kualitas (quality circle).
Lingkaran kualitas adalah suatu kelompok kerja dari para karyawan yang bertemu secara teratur untuk membahas masalah-masalah kualitas mereka, menyelidiki sebab-sebab, merekomendasikan penyelesaian, dan mengambil tidakkan korektif.
D.  Rencana kepemilikan saham karyawan (ESOPs- employee stock ownership plans).
Rencana tunjangan yang ditegakan perusahaan dalam mana karyawan memperoleh saham sebagai bagian tunjangan mereka.
2.    Menautkan pelibatan karyawan dan toeri – teori Motivasi
Dalam Teori Higiene, program pelibatan karyawan dapat memberikan kepada para karyawan motivasi intrinsik dengan meningkatkan kesempatan untuk tumbuh, tanggung jawab dan pelibatan dalam kerja itu sendiri.
Kesempatan juga dapat membuat dan melaksanakan keputusan dan kemudian menyaksikan berhasilnya keputusan itu, dapat membantu memuaskan kebutuhan seseorang karyawan akan tanggung jawab, prestasi, pengakuan, pertumbuhan dan penghargaan diri yang ditingkatkan. Jadi pelibatan karyawan sesuai [kompitible] dengan teori ERG dan  upaya untuk merangsang kebutuahn dan berprestasi.
3.    Program Pelibatan Karyawan dalam Praktik.
Progam pelibatan karyawan yang menekankan partisipasi telah menjadi normanya. Sementara beberapa manajer melanjutkan penolakannya untuk berbagi kekuasaan pengambilan keputusan, para manajer mendapatkan tekanan untuk melepaskan gaya pengambilan keputusan yang otokratis untuk mengambil peran yang lebih partisipatif, mendukung dan mirip pelatih.
Dengan Lingkaran-lingkaran kualitas, sukses dari lingkaran kualitas jauh dari membanjir. Lingkaran itu populer dalam tahun 1980-an sebagian besar karena mudah dilaksanakan. Dalam tahun 1990-an banyak organisasi melepaskan lingakaran kualitas mereka dengan menggantikan struktur-struktur  berdasarkan tim yang lebih meyeluruh.
Dengan ESOP, ragam yang paling populer dari kepemilikan karyawan. Pada tahun 1974 banyak perusahaan yang ternama dan tidak terlalu terkenal menggunakan ini.

E.  Program Upah Variabel
1.    Definisi program upah variabel
Program upah variabel adalah suatu bagian dari upah seorang karyawan yang didasarkan pada sesuatu ukuran kinerja individual dan/atau organisasional. Rencana upah dasar-potongan, insentif upah, bagi laba, bonus, dan bagi hasil termasuk ragam dari program upah variabel. Upah variabel bukanlah suatu anuitas artinya jumlahnya itu tidak sama tiap tahunnya. Dengan upah variabel, penghasilan berfluktuasi naik turun menurut ukuran kinerja. Fluktuasi dari upah variabel itu yang membuat program ini menarik bagi managemen. Karena itu mengubah sebagian dari biaya tenaga kerja tetap suatu organisasi menjadi suatu biaya variabel, jadi dapat mengurangi pengeluaran ketika kinerja sedang merosot.
Dalam rencana upah dasar potongan, para pekerja diupah dengan jumlah tetap untuk tiap satuan produksi yang diselesaikan. Misalkan seorang pedagang asongan yang memperoleh Rp.500 per barang dagangan yang dijual. Jika pedagang itu menjual 40 maka pedagang itu mendapatkan Rp. 20.000. Jika menjual 80, maka pedagang itu mendapatkan Rp. 80.000. yang artinya makin keras usaha mereka menjual dagangannya, makin banyak barang yang terjual makin banyak pula penghasilan mereka. Bonus dapat dibayar secara eksklusif kepada semua karyawan, misalnya bonus tahunan.
Rencana bagi-laba adalah program seluruh organisasi yang membagikan kompensasi yang didasarkan pada suatu rumus yang telah ditetapkan yang dirancang berdasarkan profitabilitas suatu perusahaan. Dapat  merupakan suatu pembayaran tunai langsung.
Berbagi hasil adalah suatu rencana insentif dimana perbaikan produktivitas kelompok menentukan banyaknya uang total yang dialokasikan.  Program upah variabel ini telah mendapatkan perhatian terbesar akhir-akhir ini, berbagi hasil merupakan rencana insentif kelompok yang didasarkan pada suatu rumus. Dan pembagian dari tabungan produktivitas dapat dipecah-pecah antara perusahaan dan karyawan dalam salah satu dari sejumlah cara, tetapi yang cukup lazim adalah 50:50.
Bagi hasil hampir mirip dengan bagi laba. Dengan menekankan pada perolehan produktivitas, bagi hasil mengganjar perilaku-perilaku khusus yang kurang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Karyawan dalam suatu rencana bagi hasil dapat menerima ganjaran insentif bahkan bila organisasi ini tidak mendapatkan keuntungan.
Program upah variabel berhasil dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas. Seperti contohnya pada suatu studi Asosiasi Manajemen Amerika  terhadap 83 perusahaan yang menggunakan bagi hasil, menjumpai  bahwa rata-rata keluhan turun sebanyak 83 persen, absensi turun 84 persen dan kecelakaan yang menghabiskan waktu berkurang dengan 69 persen. Cacat upah variabel  dilihat dari perspektif karyawan  yang tidak dapatnya diramalkan. Dengan suatu gaji dasar yang lurus, para karyawan tahu berapa yang akan mereka terima. Mereka akan membuat ramalan yang cukup akurat mengenai berapa yang akan mereka terima tahun depan dan tahun berikutnya dengan menambahkan jasa dan biaya hidup.
2.    Menautkan Program Upah Variabel dan Teori Harapan
Upah variabel paling sesuai dengan ramalan-ramalan teori harapan. Karena secara khusus, individu-individu seharusnya mempersepsikan suatu hubungan yang kuat antara kinerja dan ganjaran yang mereka terima  jika motivasi harus dimaksimalkan. Jika ganjaran dialokasikan sama sekali bukan atas dasar kinerja, misalkan berdasarkan titel pekerjaan maka kemungkinan besar karyawan akan mendapatkan upah yang berkurang yaitu hanya upah pokok saja. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan dengan rencana insentif upah mencapai produktivitas 43 sampai 64 persen lebih besar daripada perusahaan tanpa rencana semacam itu.
Insentif-insentif kelompok dan seluruh organisasi memperkuat dan mendorong para karyawan untuk menggantikan tujuan-tujuan pribadi mereka dengan kepentingan yang terbaik untuk perusahaan. Dengan menautkan lganjaran-ganjaran ke kinerja tim, para karyawan didorong untuk melakukan upaya ekstra untuk membantu kesuksesan timnya.
3.    Program Upah Variabel dalam praktik
Upah variabel merupakan suatu konsep yang dengan cepat menggantikan kenaikan biaya hidup tahunan. Satu alasan yang baru saja dikutip adalah daya motivasionalnya tetapi jangan mengabaikan implikasi biayanya. Bonus, bagi hasil, dan program ganjaran berdasar variabel menghindari pengeluaran tetap dari kenaikan gaji yang bersifat permanen.
Upah kinerja sedang digemari  para manajer. Dalam tahun 1989, 44 persen perusahaan mempunyai rencana upah untuk kinerja bagi karyawan selain manajemen senior. Presentase itu telah naik 51 persen menjelang tahun 1991.
Suatu survai tahun 1993 terhadap 382 perusahaan ukuran sedang dan besar menemukan bahwa kira-kira tiga perempat menggunakan upah variabel untuk meningkatkan produktivitas. Survai itu menemukan 14 persen perusahaan Amerika Serikat menggunakan bonus berdasarkan kinerja untuk menggantikan kenaikan gaji tahunan dalam tahun 1993, dan presentase itu naik menjadi 21 persen dalam tahun 1994.
Popularitas bagi hasil tampaknya secara sempit terfokus diantara perusahaan manufaktur besar non-serikat-buruh. Bagi hasil digunakan dalam kira-kira 2000 perusahaan termasuk perusahaan besar seperti Bell & Howell.
Perusahaan-perusahaan yang belum memasukkan program kompensasi berdasarkan kinerja mereka memikirkan mengenai apa yang seharusnya merupakan penyusun kinerja dan bagaimana itu diukur. Mereka harus mengatasi lekatan historis pada penyesuaian biaya hidup dan keyakinan bahwa mereka mempunyai kewajiban untuk mengusahakan agar upah semua karyawan selangkah dengan inflasi.

F.   Rencana Upah Berdasarkan Ketrampilan
Organisasi mempekerjakan orang untuk ketrampilan mereka, kemudian lazimnya menaruh mereka dalam pekerjaan-pekerjaan dan mengupah mereka berdasarkan peringkat atu gelar pekerjaan.
1.    Definisi rencana upah berdasarkan ketrampilan
Upah berdasarkan ketrampilan merupakan suatu alternatif bagi upah berdasarkan pekerjaan. Bukannya membiarkan jenis pekerjaan seorang individu yang mendefinisikan kategori upahnya, tetapi upah berdasarkan ketrampilan (kadang disebut upah dasar kompetensi) adalah tingkat-tingkat upah didasarkan pada berapa ketrampilan yang dimiliki para karyawan dan berapa pekerjaan yang dapat mereka lakukan.
Daya tarik dari rencana upah berdasarkan ketrampilan:
ü Upah berdasarkan ketrampilan mendorong para karyawan untuk memperoleh kisaran ketrampilan yang lebih lebar.
ü Upah berdasarkan ketrampilan itu mempermudah komunikasi melintasi organisasi karena orang-orang memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik mengenai pekerjaan oranng-orang lain.
ü Upah berdasarkan ketrampilan membantu memenuhi kebutuhan karyawan yang ambisius  yang menghadapi kesempatan maju yang minimal, orang-orang ini dapat meningkatkan penghasilan dan pengetahuan mereka tanpa suatu promosi dalam gelar perusahaan.
Akhirnya upah berdasarkan ketrampilan tampaknya menghantar kepada perbaikan kinerja.
Cacat dari upah dasar ketrampilan:
Orang dapat “mencapai puncak” (top out), mempelajari semua ketrampilan yang diminta oleh program itu agar mereka pelajari. Hal ini dapat mengecewakan para karyawan setelah mereka ditantang oleh suatu lingkungan belajar, pertumbuhan, dan kenaikan upah yang terus-terusan, ketrampilan dapat menjadi usang.
2.    Menautkan Rencana Upah Berdasarkan ketrampilan dengan Teori-teori Motivasi
Rencana upah dasar ketrampilan konsisten dengan beberapa teori motivasi. Karena rencana ini mendorong para karyawan untuk mempelajari, memperluas ketrampian mereka, dan tumbuh, rencana ini konsisten dengan teori ERG. Diantaranya karyawan yang kebutuhan order rendahnya dipenuhi dengan cukup banyak, kesempatan untuk mengalami pertumbuhan dapat merupakan motivator.
Mengupah orang-orang untuk memperluas tingkat-tingkat ketrampilan mereka juga konsisten dengan riset mengenai kebutuhan akan prestasi. Peraih prestasi tinggi mempunyai suatu dorongan yang memaksa untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik atau lebih efisien. Dengan mempelajari ketampilan-ketrampilan baru atau memperbaiki ketrampilan yang telah dimiliki, peraih prestasi tinggi akan mendapatkan pekerjaan mereka sebagai lebih menantang.
Upah dasar ketrampilan mendorong para karyawan untuk mengembangkan keluwesan (fleksibelitas) mereka, melanjutkan belajar, melatih silang, menjadi generalis bukannya spesialis, dan bekerjasama dengan orang-orang lain dalam organisasi
Sebagai tambahan, upah dasar ketrampilan mempunyai implikasi keadilan. Bila karyawan melakukan perbandingan masukan-keluaran. Ketrampilan-ketrampilan dapat memberikan suatu kriterium masukan yang lebih adil untuk menetapkan upah daripada faktor-faktor seperti senioritas atau pendidikan.
3.    Upah Berdasarkan Ketrampilan dalam Praktik
Kesimpulan mengenai penyelidikan dan keefektifan upah dasar ketrampilan adalah bahwa upah dasar ketrampialn meluas dan bahwa umumnya mendorong ke kinerja dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi.
Suatu survei terhadap 27 perusahaan yang mengupah karyawan karena mempelajari ketrampilan ekstra menemukan bahwa 70%-88% melaporkan kepuasan kerja, kualitas produk atau produktivitas yang lebih tinggi. Sekitar 70%-75% menyebut biaya operasi atau keluarnya karyawan yang lebih rendah.
Meningkatnya penggunaan ketrampilan sebagai suatu basis untuk pengupahan tampaknya terutama kuat diantara operasi yang menghadapi persaingan luar negeri yang agresif dan perusahaan-perusahaan dengan daur umur produk yang lebih pendek dan kepedulian untuk lekas memasarkan.
Upah berdasarkan ketrampilan tampaknya merupakan gagasan yang sudah matang waktunya. Seperti dicatat oleh seorang pakar, “Dengan perlahan, tetapi pasti, kita sedang menjadi suatu masyarakat berdasarkan ketrampilan dimana nilai pasar anda diikat pada apa yang dapat Anda kerjakan dan apa yang ditentukan oleh ketrampilan Anda.”

G. TUNJANGAN FLEKSIBEL
1.    Definisi Tunjangan Fleksibel
Tunjangan fleksibel adalah tunjangan yang diberikan kepada para karyawan dimana para karyawan tersebut menentukan sendiri program tunjangan mereka untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka dengan memilih dan memungut dari suatu daftar pilihan tunjangan. Dengan adanya tunjangan fleksibel, memungkinkan tiap karyawan untuk memilih suatu paket tunjangan yang secara individual disesuaikan dengan kebutuhan dan situasinya.
Suatu organisasi membuka suatu rekening pengeluaran yang fleksibel untuk tiap karyawan, yang biasanya didasarkan pada suatu persentase dari gajinya, dan kemudian tanda harga dipasang pada tiap tunjangan. Pilihannya mungkin mencakup rencana medis; liputan alat pendengaran, gigi, dan mata; pilihan-pilihan liburan; cacat yang diperluas; aneka ragam tabungan dan rencana pensiun; asuransi jiwa; rencana pembayaran kembali uang kuliah; dan waktu liburan yang diperpanjang. Kemudian para karyawan memilih opsi tunjangan sampai mereka menghabiskan uang dalam rekeningnya.
2.    Menautkan Tunjangan Fleksibel dan Teori Harapan
Konsisten dengan tesis teori harapan bahwa ganjaran organisasional seharusnya ditautkan dengan tujuan-tujuan tiap karyawan individual, tunjangan fleksibel mengindividukan ganjaran-ganjaran dengan memungkinkan tiap karyawan untuk memilih paket kompensasi yang paling baik memenuhi kebutuhan saat ini. Tunjangan fleksibel dapat mengubah program tunjangan homogen yang tradisional menjadi suatu motivator.
3.    Tunjangan Fleksibel dalam Praktik
Bagi para karyawan, keluesan [fleksibilitas] menarik karena mereka dapat menyesuaikan tunjangan mereka dan tingkat peliputan pada kebutuhan mereka sendiri. Kelemahannya, dari sudut pandang karyawan, adalah bahwa biaya tunjangan individual sering meningkat, jadi lebih sedikit tunjangan total dapat dibeli. Misalnya, para karyawan risiko-rendah membuat biaya rencana medis rendah untuk semua orang. Karena mereka diizinkan untuk tidak ikut, populasi risiko-tinggi menghuni segmen yang lebih besar dan biaya tunjangan medis akan meningkat. Sedangkan dari sudut pandang organisasi, kelebihannya adalah bahwa sering tunjangan fleksibel menghasilkan tabungan. Banyak organisasi menggunakan tunjangan fleksibel untuk meningkatkan pemotongan dan premi.











DAFTAR PUSTAKA

1.        Dewi Hanggraeni, “Perilaku Organisasi (Teori, Kasus, dan Analisis)”. Lembaga Penerbit. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2011
Supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc
http://metyalutviani93.blogspot.co.id/2014/11/motivasi-proses-dan-penerapannya.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

aku rindu masa kecil ku

sejarah singkat PT PETRO KIMIA GERSIK (KULIAH LAPANGAN)