ANNA
RUFIKA
141130279
ANALISIS PERKEMBANGAN ALUMNI TENANT
SETELAH PROSES INKUBASI (STUDI KASUS PADA BANDUNG DIGITAL VALLEY 2015)
Dewasa
ini fenomena pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dihadapkan pada
berbagai masalah, ini disebabkan karena rendahnya akses mereka terhadap
berbagai sumber kemajuan usaha jika dibandingkan dengan perusahaan besar.
Sejauh ini pemerintah sudah banyak membuat program dalam memajukan kualitas
UMKM, diantaranya adalah proses pembinaan, kredit lunak, pelatihan hingga
inkubator bisnis. Namun, salah satu konsep yang dinilai mampu dalam
meningkatkan daya saing adalah inkubator bisnis, sebab memberikan banyak
layanan pendukung untuk mengembangkan suatu usaha. Inkubasi bisnis adalah
layanan pendukung untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai
nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi. Inkubator bisnis dinilai mampu untuk
mengoptimalkan pemanfaatan SDM, dan memberikan fasilitas lain seperti
,pendanaan, working space, networking serta memberikan pelatihan teknis, dan
manajemen dalam layanan yang diberikannya. Kenyataannya di lapangan menunjukkan
bahwa banyak inkubator bisnis yang tidak memberikan layanan yang optimal sesuai
ekspektasi tenant, sehingga jumlah tenant yang berhasil lulus hingga masa
inkubasi berakhir sangat sedikit .
Berdasarkan
permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis layanan yang
diberikan oleh inkubator bisnis dan dampaknya terhadap perkembangan tenant
setelah diinkubasi. Penelitian ini menggunakan kombinasi metode kualitatif dan
kuantitatif,. Penentuan responden wawancara dilakukan secara purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sumber datanya berdasarkan
wawancara dan hasil kuisioner.. Hasil dari penelitian ini menunjukkan layanan
dan tingkat kepuasan dari layanan yang diberikan oleh inkubator Bandung digital
Valley dan pencapaian dari alumni tenant seperti pertambahan profit, karyawan,
space, hingga kemampuan meminjam dana dari lembaga keuangan.
Menurut
Saputra (2014), untuk menargetkan produktifitas UMKM dalam menghadapi pasar
bebas ASEAN atau biasa disebut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada akhir tahun
2015 , Pemerintah menghimbau agar para pelaku UMKM bersiap dan berani bersaing
dengan produk dari negara lain. Sejauh ini fenomena pengembangan usaha kecil
masih dihadapkan pada berbagai masalah, diantara adalah rendahnya akses 2
mereka terhadap berbagai sumber kemajuan usaha, seperti pemasaran, permodalan,
teknologi, informasi, manajemen, dan kemitraan usaha. Biasanya usaha kecil di
Indonesia tidak mampu bertahan lama, umumnya mereka gagal dalam mempertahankan
usahanya pada 3 hingga 5 tahun pertama. Menurut penelitian yang dilakukan
Bloomberg, 8 dari 10 perusahaan kecil gagal melanjutkan usahanya, alasannya
antara lain
(1)
Perusahaan benar-benar tidak keep in touch dengan konsumernya,
(2)
Perusahaan tidak memiliki diferensiasi dengan perusahaan sejenis,
(3)
Perusahaan tidak mampu meningkatkan value pada produknya,
(4)
Tidak adanya peran Leadership pada perusahaan,
(5)
Tidak mampu meraih keuntungan dari model bisnisnya (Forbes, 2013).
Diperlukan
srategi khusus bagi para UMKM untuk menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai
industri kreatif dan inovatif. Saat ini pemerintah sudah banyak membuat program
yang diharapkan dapat memajukan dan meningkatkan kualiatas daya bersaing UMKM,
diantaranya adalah proses pembinaan, dan pelatihan. Namun salah satu konsep
yang dinilai sangat membantu peranan UMKM dalam meningkatkatkan kualitas dan
daya saing UMKM adalah inkubator bisnis, sebab inkubator bisnis memberikan
layanan berupa akses dana, networking, working place, akses legal hingga
pelatihan bisnis dan teknis. Ditengah persaingan global yang semakin ketat
dewasa ini dan khususnya untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
pemerintah menganjurkan bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan penggunaan
teknologi dan informasi. Adanya internet sekarang ini merupakan salah satu
akses bagi pelaku UMKM untuk terus mengembangkan usahanya, terlebih
perkembangan e-commerce di Indonesia meningkat 200 persen setiap tahun. Oleh
karena itu perkembangan entrepreneur yang menggunakan internet dan teknopreneur
sekarang ini mulai diperhitungkan terlebih potensi 297 juta pengguna mobile
Indonesia. Untuk mengembangkan potensi UMKM yang berbasis teknologi dibutuhkan
inkubator bisnis teknologi untuk memaksimalkan perkembangan UMKM agar mampu
untuk bersaing secara global. Salah satu pelopor inkubator bisnis berbasis
teknologi yang berada di Bandung adalah Bandung Digital Valley. Tujuan
didirikannya Bandung Digital Valley adalah untuk memaksimalkan potensi start-up
teknologi sehingga mampu berkompetitif pada pasar aplikasi dan teknologi.
Untuk
mendirikan inkubator bisnis OECD (1997:2) membagi beberapa 6 layanan servis
yaitu :
1. Physical
infrastructure,yaitu inkubator bisnis menyediakan tempat untuk mengembangkan
usaha-usaha tenant seperti ruang kerja, ruang rapat, internet, dan lain lain .
2. Management
support, , inkubator bisnis memberikan pelatihan bisnis terhadap tenantnya dan
memberikan mentoring pelatihan bisnis.
3. Technical
support,Inkubator bisnis memberikan pelatihan teknis terhadap tenantnya dan
memberikan mentoring pelatihan teknis.
4. Access
to finance, memberikan bantuan dan mempertemukan tenant kepada pihak ketiga
untuk memperoleh dana baik dari Bank, angel investor dan lain lain
5. Legal
service , memberikan bantuan pendaftaran usaha hukum dan pendaftaran HAKI. 6.
networking, mengadakan pertemuan bisnis dengan para investor.
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan kepada Bandung Digital Valley mengenai
perkembangan alumni tenant setelah proses inkubasi bisnis, sesuai dengan materi yang telah saya pelajari maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut :
1. konsep
dasar dari pembentukan inkubator bisnis adalah berorientasi teknologi atau non
teknologi, lokasi di daerah perkotaan ataupun di pedesaan, mencari untung
ataupun tidak, milik masyarakat ataupun swasta, berdiri sendiri ataupun
merupakan bagian dari suatu mata rantai tertentu semua itu ditujukan untuk
meningkatkan bakat/jiwa yang dimiliki oleh para Alumni Tenant
2. Keberhasilan
dalam pengembangan kewirausahaan ditandai dengan adanya sinergi yang baik
antara bakat, teknologi (termasuk di dalamnya ide-ide baru), modal dan
pengetahuan (know-how).
3. inkubator
bisnis mencoba untuk mengintegrasikan/ menyatukan faktor-faktor tersebut yaitu
bakat teknologi, modal, dan pengetahuan kepada para tenantnya.
4. Inkubator
bisnis dibentuk untuk membantu para pengusaha agar dapat meningkatkan kemampuan
mereka dengan mengembangkan kemampuan, ide ide yang mereka miliki dan
lingkungan, sehingga tercipta lingkungan yang kondusif bagi upaya tersebut.
Komentar
Posting Komentar